Friday, August 23, 2013

Selamat Menikmati Proses, Wahai Para Mahasiswa Tingkat Akhir!


Bulan september ini saya resmi menjadi mahasiswa tingkat akhir. Hem! Oke, mari kita baca dengan seksama dan hikmat, MAHASISWA TINGKAT AKHIR. Rasanya gak perlu repot-repot pergi ke Dufan untuk memacu adrenalin. Cukup duduk diam, menerima segala pengumuman tentang apa saja yang wajib dilakukan sebagai mahasiswa tingkat akhir itu sudah-cukup-memacu-adrenalin. Believe me!
Kerja praktek, proposal kerja praktek, laporan kerja praktek, skripsi dan beberapa mata kuliah ulang. Semuanya harus diselesaikan dalam satu waktu yang bersamaan. Stress? Bisa Jadi! Entah ini berlebihan atau tidak, tapi saya rasa ini adalah fase tersulit dalam perkuliahan saya. Akhir-akhir ini saya menjadi korban dari pikiran saya sendiri. Over thinking. Dulu, saya selalu bilang, “Kalo ada tugas tuh dikerjain, bukan dipikirin!” dan untuk saat ini, kata-kata itu tidak berlaku lagi sebagai cambuk dalam diri saya sendiri. Seperti sepenggal lagu dari Coldplay-In My Place, “I was scared, I was scared, tired and under prepared” That’s it! Itu kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan saya sekarang.
Terlalu banyak “what if” yang menghampiri saya dengan kemungkinan-kemungkinan yang negatif. Saya tidak lagi menjadi perempuan yang penuh dengan rasa optimisme. Saya baru tahu inilah arti kata dari “dying”. Dan di minggu terakhir deadline magang dan pengajuan proposal skripsi saya ini, (yang which is saya belum mendapatkan tempat magang maupun judul skripsi yang pas), akhirnya saya sadar satu hal. This is the process and I have to enjoy it. Pemikiran sederhana yang memberikan energi positif ini baru muncul sekarang. Saat ini. Saat saya mengetik tulisan ini dan berniat untuk mengeluh di media sosial. Saya lupa satu hal yang selalu saya tanamkan, berpikir dari berbagai macam sisi. Di awal tulisan saya, saya sadari saya berpikiran dari sisi gelap. Negatif. Penuh pesimisme. Dan akhirnya, tepat di akhir tulisan ini saya baru saja mendapatkan insipirasi dari hasil rotasi pikiran saya yang sekarang berada di sisi positif.
Hey! Menjadi mahasiswa tingkat akhir memang bukanlah hal yang mudah. Banyak yang harus kamu kerjakan dan semuanya harus selesai dalam waktu yang bersamaan. Tapi, tidakkah kamu menyadari terdapat kata “Akhir” dalam “Mahasiswa Tingkat Akhir” ? Seperti pada games, di level terakhir kamu pasti akan mendapati tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Tetapi jika kamu menang dan bisa menyelesaikan games itu, semua perjuangan dan usahamu akan terbayar dengan perasaan puas dan senang yang tiada tara. Mungkin itu analogi yang tepat untuk saya, teman-teman saya, dan semua orang berada diposisi saya sekarang ini. Berada di level akhir dengan tantangan yang lebih besar. Tentunya semua itu untuk sukses yang lebih besar pula. Hal-hal besar berasal dari sesuatu yang besar. Seperti kata Kelly Clarkson, “What doesn’t kill you makes you stronger”. Dan seperti analogi  keramik yang So Yi Jung katakan dalam Drama Korea Boys Before Flower *uhuk, dia menjelaskan bagaimana proses yang harus dilalui “keramik” untuk menjadi keramik yang indah. Keramik harus dibakar beberapa kali dengan suhu yang tinggi sebelum dia menjadi keramik yang indah. Everything has a process. Begitupun saya, anda, kita, dan kalian. Terkadang kita lupa untuk menikmati proses itu hingga akhirnya kita kehilangan momen-momen yang sebenarnya indah. Kita terlalu berorientasi kepada hasil sehingga kita mengabaikan proses yang seharusnya kita lalui. Dan PASTI kita lalui.
Jadi, dari beberapa insipirasi yang mengalir seiring saya menulis tulisan ini, ada satu hal yang (alhamdulillah) mengingatkan saya. Yaitu proses. Saya percaya perkuliahan dan tingkat akhir yang kemarin membuat saya stres ini konsepnya sama seperti permainan. Sama seperti perjalanan kereta api. I’m on the right track, kalau kata Lady Gaga. Saya yakin bahwa pada akhirnya nanti saya dapat menyelesaikan kerja praktek (dengan segala tetek bengeknya dengan baik) dan skripsi dengan tepat waktu. Ini adalah proses yang sedang saya jalani dan akan saya lewati. Suatu saat nanti, lima atau sepuluh tahun mendatang saat saya sedang duduk diruang kerja saya dengan menghadap keluar jendela yang memperlihatkan Jakarta pada ketinggian, saya pasti akan merindukan masa-masa ini. Masa-masa sulit dengan segala usaha yang saya lakukan untuk menyelesaikan kuiah dengan hasil yang maksimal hingga akhirnya saya bisa duduk disitu, ditempat itu, dengan posisi itu dan segala kesuksesan yang saya syukuri.
Seperti Personal Message teman saya saat ini (23/08/13), Gustaaf, yang entah dikutip darimana, “You were born to win. Although to be a winner, you must plan to win, prepare to win and expect to win”
Selamat menjadi mahasiswa tingkat akhir untuk saya dan semuanya yang merasakan. Kita semua akan menang, kita akan mendapatkan gelar sarjana dan merasakan bagaimana bahagianya melemparkan toga ke langit. Hanya satu hal yang menjadi pertanyaan sekarang, “Pada level apa kamu akan menang?” Seperti pertanyaan sedarhana yang nanti akan kita dapatkan saat keluar dari ruang sidang skripsi, “Gimana, gimana? gimana hasilnya? skripsi lu A, B atau C?” (HAHAHAHA)
And the answer is depend on you. How you think, how you dream, how you act and how you pray. 
Selamat menikmati proses!
Salam dari mahasiswa tingkat akhir yang mengakhiri kegalauannya. Keep struggle!

Saturday, March 16, 2013

Tentang pertemuan, perpisahan, dan perasaan ditengah-tengahnya.


Ada satu hal yang lumrah tapi selalu menggelitik perasaan gue. Tentang sebuah siklus hidup yang baru-baru ini disadari dan disebarluaskan di media sosial oleh para anak-anak gaul jaman sekarang. Tentang sebuah perasaan yang saat ini sudah lumrah dibicarakan.

Tentang pertemuan, perpisahan, dan perasaan ditengah-tengahnya.

Katanya, siklus simplenya gini : kenalan-pendekatan-pacaran-putus-galau-move on.

Simple sih emang. Sederhana banget kalo dibaca. Tapi coba deh kalo dijalanin.. i wonder, gimana bisa seseorang yang tadinya lo kenal dekeeeet banget. lo tau bangeeet. Lo tau dalem-dalemnya dia. lo apal jadwal kuliahnya dia. lo tau apa kebiasaan dia. apa yang dia suka, apa yang dia benci. Lo tau seberapa lama dia kalo mandi. lo bahkan tau kalo jam 9 malem dihari minggu itu biasanya dia ngapain. Tapi tiba-tiba jadi orang yang asing buat lo. Kalo kata anak gaul mah, stranger with memories.
That’s too strange!

Gue bukan orang yang senang dengan perubahan. Bukannya takut tantangan, tapi untuk hal perasaan, itu beda dengan tantangan. Melupakan seseorang dan mencoba membuka hati untuk orang baru itu bukan tantangan. Terbiasa hidup dengan seseorang kemudian kita berpisah dan menjalani hidup masing-masing itu bukan tantangan. Itu tentang perasaan yang kemarin-kemarin lo ajak terbang melayang-layang, terbiasa berada diatas awan, terus hari ini lo banting sekenceng-kencengnya sampe jatoh dan hancurr menjadi kepingan. Apakah itu menjadi tantangan ketika lo mencoba untuk mengumpulkan retakan itu supaya jadi utuh lagi? Enggak :D
BTW, Kenapa jadi ngomongin tantangan yah.. hehehehe..

Intinya sih gitu.. selalu ada efek yang ditinggalkan dari setiap perbuatan. Life is not that simple. Pepatah boleh bilang, “setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan” tapi.. kita gak akan pernah bisa mastiin rasa apa yang nantinya akan tertinggal setelah perpisahan itu terjadi. Seneng, sedih, pahit, manis, atau bahkan hambar sekalipun. Itu pasti ada. setiap orang yang dateng dikehidupan kita itu gak ada yang kebetulan. Dan gak ada yang sia-sia, walaupun itu luka. Tukang sol sepatu aja bisa jadi orang yang berharga dan gue tunggu-tunggu kalo sepatu lo lagi rusak, apa lagi orang yang lo sayang?

Jadi, di sela-sela siklus sederhana itu, ada hal lain yang luar biasa, tanpa batas, gak bisa diprediksi dan gak sesederhana siklusnya.
yuuup, you know what is it :)
This entry was posted in