Wednesday, March 19, 2014

Hem.. Sukses?

Sumber: Google

Dulu, waktu masih sekolah lalu lanjut ke jenjang kuliah, selalu pikirnya yang muluk-muluk. Mau jadi wartawan yang kerjaannya jalan-jalan ke luar negeri, punya rumah sendiri, punya mobil mazda zoom-zoom dan bisa bayarin Mama pergi haji. Sampek dibikin target dan tanggal-tanggalanya. Hehe.
Terus sekarang, selesai sidang skripsi, dinyatakan lulus.. dan bekerja.
Dimana? Di kampus sendiri. Is it bad? Enggak juga sih. Ada yang bilang saya beruntung, tapi kadang merasa tidak. Yang bilang beruntung karena gampang dapet kerja, belum lulus udah di hire di kampus sendiri. Tapi namanya manusia, sempet tergoda ngeliat orang-orang, temen-temen yang dulu sekolah bareng, udah jadi sukses di luar. Sempet mikir, this is my comfort zone and i have to go out.
Tapi, sebelum berlanjut ke pemikiran-pemikiran dan pertanyaan selanjutnya tentang karir. Saya akhirnya bertanya lagi, sama diri sendiri,
Memangnya, sukses itu apa sih?
Sering-sering traveling, ke kantor naik mobil keren, pulang ke rumah yang mewah.. itu sukses? Terus saya nanya lagi, apa mereka segampang itu untuk sukses?
Saya liat diri saya.. belum satupun dari “wish list” saya yang terwujud. Kasarnya, boro-boro beli mobil, beli TV aja masih nyicil.
Lalu sampailah saya pada suatu pertemuan dan percakapan dengan dua orang. Dua-duanya orang yang selalu saya lihat “Wah.. enak yaaa”, yang (tadinya) setiap saya bertemu mereka dan merasa ingin keluar dari zona nyaman ini.

Percakapan pertama,
Seorang senior staff pada divis CSR di sebuah perusahaan yang ownernya menduduki peringkat ke-empat orang terkaya di Indonesia.
Pekerjaan beliau menurut saya itu “GUE BANGET! THAT’S MY PASSION!!”
Turut turun ke kegiatan sosial, jalan-jalan, bikin acara.. semuanya sosial.
Saya penasaran, gimana sih awalnya sampai akhirnya sekarang beliau bisa seperti ini? Apa yang diperlukan untuk menjadi seperti beliau? (BECAUSE I WANT IT!)
Ternyata.. “Sebelum gue disini, dulu gue pernah kerja di bagian accounting di perusahaan punya Belanda. Selama 7 tahun. Trus gue pindah kesini (perusahaan sekarang), di bagian accounting juga 4 tahun. Lu bisa bayangin gak? Accounting! Akhirnya gue pernah ngerasa stuck, monoton dan hampir depresi sama kerjaan gue. Puyeng gue lama-lama. Yaudah, gue pindah ke bagian General Affair. Disitu saya udah mulai enjoy. Gue kayak nemuin apa yang saya mau. Nah dari GA, barulah sekarang gue di CSR. Udah 4 tahun gw di CSR. Dan sekarang mah gue udah gak mau cari apa-apa lagi dah yang penting enjoy..”

Percakapan kedua,
Yang ini bisa dibilang teman baik saya. Dia senior saya, dan sekarang dia bekerja di media, perusahaan besar dan bergengsi di Indonesia.
Di umurnya yang masih muda, sebaya dengan saya, dia sudah mapan.. sukses (lagi, lagi.. sukses menurut saya yang melihat). Dia selalu menceritakan yang enak-enaknya di pekerejaan dia. Beda dengan orang pertama, orang ini bisa dibilang mulus untuk perjalanan karirnya. Fresh graduate, kerja di perusahaan besar dan berkembang disana.
Saya penasaran, ada gak sih rasa gak enaknya jadi dia?
Akhirnya dia cerita..
“Kerja di media itu gak enak, Wi. Gak ada waktu. Bahkan untuk tidur aja kurang banget. Kalau disana, datang ontime itu harus tapi pulangnya molor. Gue bisa sampe jam 1 dikantor ngurusin kerjaan, pulang ke kostan, pagi udah bangun lagi ngantor lagi. tidur gak sampe 7-8 jam. Paling 4-5 jam. Begitu setiap hari. Makanya kalau libur ya tidur. Lebaran kemarin aja gue gak lebaran, gak kerumah sodara, gak ada waktu. Kerja.”

Ada harga yang harus dibayar. Ada harga yang harus dibayar.
Untuk bisa nemuin passion dan bekerja karena passion, butuh waktu bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun prosesnya. Untuk bisa kerja dengan gaji besar bisa beli ini itu, butuh kelapangan hati untuk tidak ada waktu untuk keluarga, teman dan bahkan diri sendiri.
Dua percakapan itu, akhirnya membuat saya berpikir lebih luas lagi. lebih terbuka, dan belajar untuk tidak picik. Dan yang lebih penting lagi, membuat saya untuk lebih bersyukur.
Semuanya butuh proses. Semua ada harganya. Terkadang, kita terlalu silau melihat kesuksesan orang lain tanpa mau tau bagaimana cara mereka mencapai itu. Hingga akhirnya kita terburu-buru, tergesa-gesa lalu akhirnya tersandung dan jatuh.
Sampai detik ini saya menulis, saya masih bertanya.. memangnya, sukses itu apa sih?

Sepertinya, sukses itu persepsi orang lain. Bagaimana seseorang mencerna cerita kita,melihat update foto-foto dan stasus kita, melihat pekerjaan kita dan seberapa enaknya kita bekerja.. lalu kemudian di intrepretasikan menjadi satu kata, “SUKSES”. Padahal, siapa yang tau dibalik embel-embel sukses itu banyak kesulitan yang kita jalani.

Jadi sekarang, yaudah.. I'm here. I'm enjoying my work.. Inilah prosesnya.
Melihat "kesuksesan" orang lain itu memang perlu untuk motivasi diri, tapi  pada akhirnya kita harus balik bertanya pada diri sendiri dan berkaca.. Apa saya sudah pantas?
Berbenah diri, siapkan amunisi tapi jangan terlalu obsesi.

Mimpi memang harus tinggi.. dan itu pasti bisa kita raih. Seperti kata Endah n Rhesa, "Mimpi takkan berlari"
Jadi tak perlu tergesa-gesa. Inilah prosesnya, nikmati dan pelajari..

Hingga suatu hari nanti, giliran orang lain yang mengintrepretasikan kata "Sukses" itu ada pada diri kita.

Selamat makan siang! ^^

0 comments: